3
Advertise With Us

Interested in advertising with us? Get in touch!

Advertise Here
Interested in advertising with us? Get in touch!

Senin, 29 Januari 2024

Nutrisi untuk Semua, Masyarakat Sejahtera

 



Nutrisi untuk Semua, Masyarakat Sejahtera

Oleh: Marpaleni

dimuat di Sriwijaya Post 29 Januari 2024




“Kita tidak dapat berpikir dengan baik, mencintai dengan baik, tidur dengan baik, jika kita belum makan dengan baik." - Virginia Woolf.

Virginia Woolf dengan tegas menggarisbawahi pentingnya nutrisi untuk kualitas hidup. Di Sumatera Selatan, kesadaran ini diperlukan untuk mendorong transformasi gizi, bukan hanya untuk mengurangi kelaparan tetapi juga untuk membangun kesejahteraan masyarakat.

Dinamika Kecukupan dan Kerawanan Pangan

Laporan SDGs Sumatera Selatan 2023 menggambarkan situasi kecukupan dan kerawanan pangan yang kompleks. Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan, awalnya, meningkat dari 7,47% pada tahun 2017 menjadi 10,84% pada 2018, lalu menurun menjadi 9,04% pada 2019. Sayangnya, pandemi COVID-19 menghambat kemajuan ini. Prevalensi meningkat lagi menjadi 9,77% pada tahun 2020. Keadaan ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam menjaga kecukupan pangan selama krisis.

Namun, Sumsel menunjukkan ketahanan pangan yang relatif baik dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera. Ketika dibandingkan, beberapa provinsi mengalami kenaikan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan yang lebih tinggi antara tahun 2020 dan 2022. Dalam hal ini, Sumsel terbilang mengalami kenaikan lebih landai, di bawah rata-rata nasional. Fakta ini menyoroti perbedaan ketahanan pangan yang signifikan antara Sumsel dan wilayah lain di Indonesia.

Selanjutnya, ketahanan pangan Sumsel juga tercermin dari indikator prevalensi penduduk dalam kerawanan pangan sedang atau berat. Tahun 2017 hingga 2022 mencatat tren penurunan konsisten di Sumsel, dimulai dari 8,82% pada 2017 dan menurun menjadi 6,19% pada 2019. Meskipun terjadi sedikit kenaikan menjadi 6,87% pada tahun pertama pandemi, prevalensi ini terus menurun menjadi 4,59% pada 2022. Penurunan ini menegaskan keberhasilan strategi daerah dalam mengatasi kecukupan dan kerawanan pangan selama masa krisis.

Kemajuan dan Tantangan Gizi

Di sisi lain, dalam aspek gizi, Sumsel menunjukkan kemajuan namun juga menghadapi tantangan. Prevalensi stunting di daerah ini pada tahun 2022 tercatat sebesar 23,8%, lebih rendah dari rata-rata nasional yang sebesar 27,7%. Namun, terdapat disparitas geografis yang signifikan di antara kabupaten/kota. Contohnya, prevalensi stunting di Musi Rawas mencapai 25,4%, sedangkan di Lubuk Linggau hanya 11,6%.

Statistik tentang wasting juga menunjukkan gambaran serupa. Prevalensi gizi buruk akut di Sumsel pada tahun 2022 adalah 7,7%, sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional 7,8%. Namun, disparitas yang signifikan terlihat antar kabupaten/kota, seperti Ogan Komering Ilir yang mencatat prevalensi wasting yang tinggi sebesar 10,8%. Data ini menunjukkan perlunya intervensi khusus yang dirancang untuk mengatasi masalah stunting dan wasting dengan memperhatikan kondisi spesifik setiap daerah.

Pendorong Dinamika Kerawanan Pangan dan Gizi

Data terbaru menunjukkan bahwa Sumsel membuat kemajuan signifikan dalam mengatasi ketidakcukupan konsumsi pangan dan kerawanan pangan, serta dalam mengurangi prevalensi stunting dan wasting. Namun, upaya berkelanjutan dan adaptasi kebijakan yang responsif tetap menjadi kunci untuk kesuksesan jangka panjang dalam bidang gizi dan ketahanan pangan.

Faktor utama yang mempengaruhi dinamika ini termasuk tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, ketersediaan pangan yang tidak merata, dampak perubahan iklim pada sektor pertanian, pola asuh yang belum optimal, dan gangguan akibat pandemi COVID-19. Situasi ini menuntut strategi adaptif, inovatif, dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan global dan perubahan iklim yang membawa kita ke era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity). Kunci utamanya adalah pembangunan pangan dan ketahanan gizi yang dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang terus berubah.

Strategi Pengentasan

Untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan kedua (SDG 2) - yang bertujuan mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik, serta mempromosikan pertanian yang berkelanjutan - Sumsel harus membangun kerjasama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Strategi ini harus berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama keluarga miskin, sebagai kunci utama.

Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak, serta memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk kebutuhan pangan. Upaya peningkatan ketersediaan pangan, yang meliputi pengembangan sektor pertanian dan peningkatan akses terhadap pangan yang stabil dan terjangkau, menjadi sangat penting dalam strategi ini.

Meningkatkan produktivitas pertanian melalui penerapan praktik pertanian yang berkelanjutan adalah langkah lain yang krusial. Pemerintah harus memberikan dukungan teknis dan finansial kepada petani, guna mendorong pengadopsian teknologi pertanian modern dan pengembangan sistem irigasi yang berkelanjutan, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil panen. Edukasi dan kesadaran masyarakat tentang nutrisi juga sangat penting. Sosialisasi dan edukasi gizi, terutama di daerah terpencil, perlu dilakukan untuk membantu masyarakat memahami pentingnya asupan nutrisi yang seimbang.

Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas lain dalam strategi ini. Pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim, sistem irigasi yang efisien, dan praktik pertanian berkelanjutan adalah kunci untuk menghadapi perubahan iklim. Laporan Indeks Kelaparan Global (GHI) 2023 menggarisbawahi eskalasi perubahan iklim di tingkat global yang berdampak pada peningkatan jumlah orang yang mengalami kelaparan parah.

Laporan GHI juga menyoroti ketimpangan yang dihadapi oleh perempuan dan pemuda dalam sistem pangan saat ini yang sering kali tidak berkelanjutan, tidak adil, dan rentan terhadap dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, meningkatkan akses dan dukungan kebijakan kesetaraan gender dan inklusi dalam sistem pangan bagi kelompok demografis ini harus menjadi fokus utama.

Dalam mengatasi disparitas gizi, khususnya masalah stunting dan wasting, diperlukan strategi yang terfokus pada intervensi lokal dan terpadu. Pemerintah daerah harus melakukan pemetaan dan analisis menyeluruh untuk mengidentifikasi daerah dengan prevalensi stunting dan wasting tertinggi serta memahami penyebab spesifik di masing-masing daerah. Berdasarkan analisis ini, program intervensi khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal dapat dikembangkan. Program ini harus mencakup peningkatan akses ke nutrisi yang berkualitas, pendidikan gizi yang ditargetkan untuk keluarga, serta peningkatan layanan kesehatan dan sanitasi. Kolaborasi antarsektor, termasuk kesehatan, pendidikan, dan pertanian, juga krusial untuk pendekatan holistik dan efektif dalam mengatasi disparitas gizi di Sumsel.

Sumsel, dengan potensi yang besar, berada di ambang peluang untuk mencapai SDG 2. Pendekatan inovatif dan berkelanjutan yang peka terhadap kebutuhan lokal dapat memberikan dampak positif bagi penduduknya dan menjadi contoh bagi upaya global dalam memerangi kelaparan dan meningkatkan gizi. Keberhasilan Sumsel dalam mencapai SDG 2 tidak hanya akan membantu memerangi kelaparan atau meningkatkan gizi, tetapi juga akan membangun fondasi bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Ini sejalan dengan pandangan Virginia Woolf tentang pentingnya nutrisi dalam kehidupan kita.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox
Interested in advertising with us? Get in touch!